Mengisi Bulan Ramadhan dengan Shiyam, bukan Sekedar Shaum
Decimalnews.com – Bulan Ramadhan yakni bulan yang penuh berkah, keutamaan, kemuliaan dan keistimewaan serta setiap amal perbuatan bernilai pahala yang tidak biasa. dalam Bulan suci ramadhan setiap amalan sunnah diberi ganjaran pahala setingkat amalan fardhu. Satu amalan wajib bernilai lebih dari tujuh puluh pahala di luar bulan suci Ramadhan.
Rasulullah Saw bersabda yang artinya : “Barang siapa yang melaksanakan ibadah di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala maka dosa-dosa yang telah lalu akan diampuni”. Hadits riwayat Bukhari dan Muslim. Hadits ini menjadi spirit bagi umat islam dalam menunaikan ibadah di bulan suci ramadhan.
Dalam Al Qur’an, QS. Al baqarah ayat 183 memerintahkan umat islam (yang beriman) untuk menunaikan puasa agar meningkat keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَیۡكُمُ ٱلصِّیَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِینَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ
“Hai orang-orang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa”. (Al-Baqarah: 183)
Ayat inti puasa ini mengandung banyak catatan tafsir; siapa yang diperintahkan, apa yang diperintahkan, bagaimana umat terdahulu, dan apa tujuan perintah tersebut.
Perintah puasa disebut dengan kata ‘shiyam’, bukan ‘shaum’. Meskipun keduanya diartikan sama, namun pada hakikatnya kedua kata tersebut memiliki perbedaan menurut ahli bahasa.
Makna shiyam lebih dalam dan lebih lengkap dari makna shaum. Shiyam bicara tentang nilai puasa, sedang shaum bicara tentang fiqih puasa, sah atau tidak sah.
Sah shaum seseorang jika memenuhi ketentuan fiqih; tidak makan dan minum, serta tidak melakukan semua perkara yang membatalkan puasa.
Sedang nilai shiyam, tergantung menjaga lisannya, penglihatan, dan pendengarannya, serta semua ucapan dan perilaku yang tidak terpuji.
Termasuk bagaimana mengisi Ramadhan dengan memperbanyak ibadah dan amal shalih, sehingga nilai puasanya tidak sekedar menahan lapar dan dahaga.
Rasul Pun mengingatkan nilai shiyam: ‘Betapa banyak orang berpuasa, tidak mendapat apa-apa dari puasanya, kecuali lapar dan dahaga’. (HR. Bukhari)
Disinilah hakikat dari ‘shiyam’ yang diperintahkan oleh Allah swt, dan diingatkan oleh Rasulullah saw.
Apakah kita sudah ‘shiyam’ atau masih sekadar ‘shaum’?(des)

