Pangeran Andrew Resmi Lepas Gelar Duke of York, Langkah Istana Jaga Reputasi Monarki
DECIMALNEWS.com – Pangeran Andrew, putra ketiga dari mendiang Ratu Elizabeth II, secara resmi melepaskan gelar kehormatannya sebagai Duke of York. Keputusan tersebut diumumkan melalui pernyataan resmi Istana Buckingham pada Jumat (17/10) malam waktu setempat, setelah melalui pembicaraan intensif dengan Raja Charles III.
Dalam pernyataan itu, pihak istana menyebut langkah ini diambil “demi menjaga kehormatan dan integritas institusi monarki Inggris,” menyusul berbagai kontroversi dan tekanan publik terhadap Pangeran Andrew dalam beberapa tahun terakhir.
“Dengan kesadaran penuh akan situasi yang saya hadapi dan dampaknya terhadap keluarga kerajaan, saya memilih untuk tidak lagi menggunakan gelar Duke of York. Keputusan ini telah disetujui oleh Yang Mulia Raja,” tulis Andrew dalam pernyataannya, dikutip dari Reuters, Sabtu (18/10/2025).
Dengan dilepaskannya gelar tersebut, Pangeran Andrew tidak akan lagi menggunakan titel “His Royal Highness The Duke of York” dalam kegiatan resmi maupun pribadi.
Meskipun demikian, Andrew masih tetap menyandang status sebagai Prince Andrew, karena gelar keputeraannya berasal dari kelahiran dan tidak dapat dicabut tanpa tindakan hukum khusus.
Selain gelar Duke of York, Andrew juga diketahui menyerahkan sejumlah penghargaan dan jabatan kehormatan, termasuk Knight Grand Cross of the Royal Victorian Order dan Royal Knight Companion of the Order of the Garter.
Langkah ini juga berdampak pada mantan istrinya, Sarah Ferguson, yang kini secara resmi tidak lagi dapat menggunakan gelar “Duchess of York” di ruang publik.
Pangeran Andrew memanglah sudah lama menjadi sorotan sejak namanya dikaitkan dengan kasus dugaan pelecehan seksual yang melibatkan Virginia Giuffre, salah satu korban jaringan perdagangan manusia milik mendiang Jeffrey Epstein.
Meski kasus tersebut telah diselesaikan di luar pengadilan pada tahun 2022, reputasi Andrew tidak pernah pulih sepenuhnya.
Beberapa bulan terakhir, gelombang kritik terhadapnya kembali meningkat setelah terbitnya memoar Giuffre yang mengungkap rincian baru, serta laporan media yang menuding Andrew terlibat dalam hubungan bisnis dengan individu yang diduga sebagai agen intelijen asing.
Tekanan publik yang terus meningkat mendorong Raja Charles III dan penasihat istana mengambil langkah tegas demi menjaga citra monarki yang kini tengah berupaya memperkuat legitimasi di bawah kepemimpinannya.
Sejumlah kelompok pendukung korban menyambut keputusan ini dengan positif.
“Langkah ini merupakan bentuk tanggung jawab moral yang sudah seharusnya diambil sejak lama. Ini memberikan pesan kuat bahwa gelar dan status tidak seharusnya menjadi pelindung dari konsekuensi moral,” ujar juru bicara lembaga advokasi Survivors’ Network UK.
Sementara itu, pengamat kerajaan Inggris menyebut keputusan ini sebagai “kompromi strategis” yang memungkinkan istana menjaga wibawa tanpa menimbulkan krisis konstitusional.
“Pencabutan gelar tanpa persetujuan bisa menimbulkan preseden politik yang rumit. Karena itu, keputusan Andrew untuk ‘menyerahkan secara sukarela’ menjadi jalan tengah yang elegan bagi pihak istana,” kata pakar monarki Dr. Emily Hawthorne dari King’s College London.
Meski tidak lagi memegang gelar kerajaan, Andrew disebut akan tetap tinggal di Royal Lodge, Windsor, dan menjalani kehidupan pribadi jauh dari sorotan publik. Sumber istana menyebut ia tidak memiliki rencana kembali ke tugas kerajaan “dalam waktu yang dapat diperkirakan.” (redaksi)

